Pelacuran, Gigolo, Pelacuran Pria, Pekerja Seks, Pria Sewaan |
PELACURAN LAKI LAKI yang menawarkan layanan kepada pelanggan wanita kadang-kadang dikenal dengan istilah "GIGOLO".
Klien, terutama mereka yang mengambil pelacur di jalan atau di bar-bar, kadang-kadang disebut "hidung belang" atau "trik". Mereka yang bekerja di prostitusi kadang mengacu pada perdagangan mereka karena "trik memutar".
Pelacuran Pria Dan Kebudayaan
PELACURAN PRIA telah banyak ditemukan di semua kebudayaan yang maju. Praktik di dunia kuno dalam penjualan kenikmatan seksual oleh laki-laki atau perempuan di tempat suci suci, atau prostitusi suci, dibuktikan oleh dipraktikkannya di kebudayaan "pagan" dalam Perjanjian Lama.
PELACURAN di Yunani kuno pada umumnya adalah budak, sebagai pelacur mereka bisa kehilangan hak-hak sipil mereka. Kasus terkenal adalah Phaedo dari Elis yang ditangkap dalam perang dan dipaksa menjadi budak dan pelacur, namun akhirnya ditebus untuk menjadi seorang murid dari Socrates dan memberinya nama kepada Plato Phaedo. Yunani kuno dan Roma kuno keduanya mengakui keberadaan pelacuran laki-laki.
Bekerja sebagai pelacur pria sesama jenis di dunia Islam Abad Pertengahan juga dibatasi secara sosial ke "bawahan" seperti pada anak laki-laki dan budak, dan sementara sering mengunjungi pelacur dianggap sebagai suatu tindakan dosa, namun praktik demikian tetap terjadi.
Bukti sejarah dari catatan pengadilan dan investigasi memperlihatkan Prostitusi Laki-Laki di tempat yang sekarang disebut Amerika Serikat pada awal akhir abad ke-17. Dengan perluasan daerah perkotaan dan agregasi masyarakat gay pada akhir abad ke-19 laki-laki/ prostitusi laki-laki menjadi lebih jelas, dan termasuk pemandian, rumah pelacuran seperti Paresis Hall di distrik Bowery di New York, dan bar prostitusi di mana yang disebut "para peri" laki-laki lainnya diminta untuk melakukan hubungan seks dan menerima komisi untuk penjualan minuman.
PELACURAN LELAKI muda (masih dibawah umur) di zaman Edo di Jepang dipanggil kagema. Klien mereka yang terutama adalah pria dewasa.
Di daerah selatan Asia Tengah dan Afghanistan, seorang remaja yang berusia 12 hingga 16 tahun yang menjadi penampil dilatih dalam lagu erotis dan menari sugestif dan bersedia sebagai pekerja seks. Mereka dikenal juga sebagai Bacchá atau Pelacur Lelaki.
0 komentar:
Posting Komentar