Home » , , » Kisah Nyata Kehidupan Tante Girang di Kota Banjar

Kisah Nyata Kehidupan Tante Girang di Kota Banjar

Kisah Nyata Kehidupan Tante Girang di Kota Banjar - Seakan tak pernah mati bila kita membicarakan tentang dunia esek-esek tante girang, dari mulai WPS (Wanita Pekerja Seks), GAY, hingga Pergaulan Bebas dikalangan remaja. Di Kota Banjar yang terbilang kota kecil, namun jika ditelisik lebih dalam, dunia glamournya tidak kalah dengan kota-kota besar.
Kisah Nyata Kehidupan Tante Girang di Kota Banjar
Kisah Nyata Kehidupan Tante Girang di Kota Banjar
KISAH NYATA TANTE GIRANG

Dalam hal itu, di kota ini juga terdapat sejumlah wanita yang sudah bersuami tetapi merasa kesepian, atau biasa disebut Tante Girang (TG). Mereka biasanya istri seorang pengusaha, pebisnis, bahkan Pegawai Negeri Sipil (PNS). Rasa kesepian itu dialami mereka lantaran ditinggal sang suami bekerja dengan waktu yang cukup lama diluar kota.

Makin merebaknya bisnis esek-esek via online atau situs jejaring sosial seolah-olah memberi kesempatan bagi para TANTE GIRANG untuk mendapatkan kepuasan nafsu syahwatnya.

Modusnya, setelah mendapatkan calon “jago” (sebutan untuk seorang gigolo) dari dunia maya, maka dia akan menghubungi nomor telepon yang tertera untuk bisa langsung berkomunikasi tanpa perantara.

KISAH TANTE GIRANG DI KOTA BANJAR

Seperti diungkapkan salah seorang TANTE GIRANG yang ditemui HR di sebuah Toserba di Jl. Perintis Kemerdekaan, Kota Banjar. Sebut saja Mawar (bukan nama sebenarnya), usianya kira-kira 39 tahun.Sambil menyantap makanan ringan yang dipesannya, dia menceritakan sedikit tentang kehidupan pribadinya.

Mawar mengaku sudah satu tahun lebih ditinggal suaminya yang bekerja di sebuah kapal pesiar. Dalam kesehariannya dia hanya mengurus kedua anaknya, dimana anak pertamannya kelas satu SMP, dan anak kedua masih duduk di kelas dua SD.

Aktivitasnya yang berkutat dengan urusan rumah tangga seolah membuatnya jenuh dan bosan. Hingga akhirnya menemukan seorang pria yang usianya jauh lebih muda dibanding usianya.

Menurut Mawar, sebagai wanita normal, dirinya pun tidak munafik masih membutuhkan kehangatan dari seorang pria. “Tapi saya tak perlu cerita banyak, karena ini sangat pribadi,” ujar Mawar.

Hal serupa juga diungkapkan Mom,(bukan nama sebenarnya), istri seorang pengusaha, usianya 43 tahun. Dia mengaku menikmati masa puber saat sang suami sibuk dengan urusan pekerjaannya disebuah perusahaan di Kalimantan.

Namun, Mom berbeda dengan Mawar yang memelihara “jago,” sedangkan Mom lebih memilih “jajan.” Hal ini menurutnya salah satu cara untuk mendapat kepuasan birahinya.

“Awalnya saya hanya iseng saja buka jejaring facebook dan meng-klik salah satu link yang ada iklan gigolonya. Tidak lama kemudian saya pun berkenalan dengan seorang “jago” di jejaring sosial tersebut. Hingga akhirnya saya membuktikan sendiri dan mendapat kepuasan dari seorang gigolo. Tapi saya hanya jajan saja, kalau memelihara nanti malah ribet,” ujarnya sambil tertawa.

Mom mengaku, untuk satu kali kencang dengan “si jago” dirinya berani merogoh kocek minimal Rp.500 ribu sampai Rp.1 juta. “Si jago” sendiri dalam dunia esek-esek tidak jauh berbeda dengan WPS, hanya saja “si jago” lebih tertutup dan nyaris tidak diketahui aktivitasnya.

Cara beraksi mereka ada yang terorganisir dan ada pula dilakukan secara sendiri atau independent. Yang terorganisir inilah biasanya menggunakan jasa mucikari atau germo.

Di lain tempat, HR berhasil menemui seorang GM (sebutan germo “jago) di Banjar Water Park (BWP). Sebut saja Ray (bukan nama sebenarnya). Dia mengaku, dengan memelihara “jago” pendapatannya bisa dua kali lebih besar dari pada memelihara WPS.

Menurut Ray, rata-rata “si jago” peliharaannya itu sudah memiliki pelanggan tetap, dalam hal ini seorang tante girang. Bahkan ada diantara mereka yang menjadi peliharaannya si tante. Meski begitu, namun sang GM tetap mendapat jatah dari “si jago” maupun si tantenya.

Dalam sebulan saya bisa mendapatkan uang sebanyak tiga sampai lima juta rupiah, karena bila memelihara jago lebih besar pendapatannya daripada WPS,” ungkap Ray, yang mengaku memiliki lima “jago.”

TANTE GIRANG, GIGOLO, WTS

Dalam dinamika kehidupan modern seperti sekarang ini, kita tidak bisa menampik dan tidak dapat di pungkiri bahwa tekanan ekonomi masih menjadi alasan kuat bagi mereka untuk Terjun Ke Dunia Hitam.

Namun, kita juga tidak bisa menyebutkan siapa yang salah dan siapa yang benar, sebab mereka ada karena saling membutuhkan. Itulah Kisah Tante Girang Dari Banjar Kalimantan di dunia esek-esek yang semakin merajalela baik di kota kecil maupun di kota besar.
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar



 
Support : Supranatural Sakti | Gadis Goyang | Pesona Seksual
Copyright © 2013. SEXUALITAS - All Rights Reserved
Creating Website Modified by Seksualitas
SITUS KHUSUS DEWASA....